Balai Kota Makassar, 19 Februari 2012
Pukul 08.30 Wita pelatihan "Fasih Baca Al-Qur'an" dibuka dengan khidmat. Dimulai dari pembacaan ayat suci Al-Qur'an Surah Al Baqarah oleh ustadz Baharuddin, S.Pd.I (Qori terbaik Sulawesi Selatan). Wow, mantap mentong ma'lagunya ini pak ustadz. ehehe
Pukul 08.30 Wita pelatihan "Fasih Baca Al-Qur'an" dibuka dengan khidmat. Dimulai dari pembacaan ayat suci Al-Qur'an Surah Al Baqarah oleh ustadz Baharuddin, S.Pd.I (Qori terbaik Sulawesi Selatan). Wow, mantap mentong ma'lagunya ini pak ustadz. ehehe
Lantunan ayat suci Al-Qur'an secara tartil oleh pak ustadz menggema di dalam gedung yang dipadati sekira lebih kurang 100 orang peserta yang kemudian dilanjutkan sedikit pengantar tentang ilmu tajwid.
Mengapa kita harus belajar tajwid?
Pertanyaan ini sepele tapi sangat jarang direnungkan. Begitulah kira-kira yang terlihat di pergaulan masa sekarang. Dulunya sayapun tidak pernah berfikir untuk belajar tajwid. Ngapain?, yang penting bisa baca Qur'an, hantam lurus saja.
Tapi Itukan dulu...Sekarang? hem, ceritanya panjang nda muat kalo alasannya di bahas disini, tersiratji mungkin nanti itu.
Tajwid itu sendiri artinya membaguskan atau membuat bagus. Menurut istilah berarti ilmu yang memberikan segala pengertian tentang huruf, baik hak-hak huruf maupun hukum-hukum baru yang timbul setelah hak-hak huruf dipenuhi yang terdiri atas sifat-sifat huruf, hukum-hukum mad, dan sebagainya...(mulanya saya bingung, tapi setelah dipelajari asyik dan tidak susah-susah amat).
"warottililquraaaana tartiiiiiilaaa" (QS. 73:4)
artinya, "Dan bacalah Al-Qur'an secara tartil"
Oh ya, sedikit ulasan tartil itu adalah membaguskan bacaan huruf-huruf Al-Qur'an dengan terang, teratur, dan tidak terburu-buru serta mengenal tempat-tempat waqof sesuai aturan-aturan tajwid.
Oleh karena itu, maka :
- Fardhu Kifayah hukumnya belajar Ilmu Tajwid(mengetahui istilah-istilah dan hukum-hukumnya),
- Fardhu 'Ain hukumnya membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar (praktik, sesuai dengan aturan-aturan ilmu tajwid).
Misalnya, perbedaan makhraj pada setiap kalimat dengan arti yang berbeda
Tasykurun : Bersyukur
Taskurun : Mabuk
ataukah,
Khasyi'in : Khusyu
Khasiin : Yang Hina
Susah juga yah, contoh-contohnya terbatas maklum pemulaji kodong..hehehe
Intinya, perbedaan bunyi apalagi makhorijul huruf (tempat-tempat keluarnya huruf) dapat menimbulkan pemaknaan yang berbeda.
Hampir saja saya memutuskan keluar dari ruangan dan pulang. Padahal materinya belum dimulai lho..ckckck
Pikirku ternyata belajar tajwid itu luar biasa berat, banyak sekali embel-embelnya. Adami idghom, mad, ikhfa, tasydid, dan kawan-kawan. (ulasannyaji ini pak ustadz Baharuddin).
Andi Suriadi, S.PdI, MQ, pemateri yang membuat saya tertarik untuk tetap tinggal setia bersama kursi merah baris ketiga dari depan. Beliau setelah diperkenalkan adalah penemu Metode Qiro'ah yang nota benenya metodenya ini memudahkan belajar tajwid.
(yang mau lihat materi berikut penjelasannya calling ma' saja)
Metode ini pada dasarnya lebih menekankan pemahaman dengan tidak terlalu menekankan istilah-istilah yang biasanya ada dalam ilmu tajwid.
Dimulai dari pembahasan Makhorijul Huruf. Beliau membagi-bagi berdasarkan letak keluar huruf, sedangkan letak keluar huruf itu sendiri ada 5, yaitu bibir, lidah, rongga mulut, tenggorokan, dan hidung. (katanya sih biar gampangki' paham, dan ternyata memang, asli nda seperti yang terbayangkan sebelumnya)..hehehe
Selanjutnya masuk ke pembahasan berturut-turut nun mati dan baris dua, idgom, mad/bacaan panjang, hukum qol-qolah, huruf ro', mim mati, huruf tasydid berdengung, lafadz Allah, tanda-tanda berhenti, dan huruf awal suroh.
Sekianmi kayaknya dulu diy.Share pengalamanji ini, tidak ada maksud buat heboh-hebohan atau kesan "negatif" yang lain.
Mudah-mudahan bermanfaat dan kita semua termotivasi untuk memahami Al-Qur'an. Amin
Burhamsyah Amin.
Komentar
Posting Komentar